Belajar Menjadi Orang " Baik " yang Benar

Semua orang tentu menginginkan dirinya menjadi orang baik. Namun menjadi baik memanglah tidak mudah, terkadang kita harus mengorbankan hal untuk menjadi orang “baik”.

Menjadi orang “ baik” tentulah hal yang mulia. Semua Agama menuntun kita untuk menjadi orang baik. Menjadi baik akan bermanfaat bagi sesama.

Lantas, apakah benar menjadi baik membutuhkan pengorbanan? Lalu apakah menjadi baik juga harus mengorbankan kebahagiaan? Menurutku tidak seperti itu.

Dulu sekali, aku berfikir bahwa menjadi baik adalah memenuhi harapan semua orang.  Kebanyakan orang berfikir termasuk aku kita bisa menjadi orang baik dengan banyak membantu orang, memenuhi semua kebutuhan mereka, tapi satu hal yang membuat hal ini salah bukanlah tentang “membantu”.

“membantu” sesama adalah hal yang baik, namun terkadang kita lupa dengan diri kita sendiri, apakah kita benar – benar sanggup membantu mereka? Apakah kita bahagia membantu mereka? Pertanyaan seperti itu yang dulu aku atau beberapa dari kita lupakan.

Aku adalah salah satu dari mereka yang salah tafsir untuk “ menjadi baik”, dahulu aku fikir menolak untuk membantu mereka adalah hal yang jahat. Namun ternyata menolak pun bukanlah hal yang buruk, terkadang kita perlu menolak akan sesuatu.

Misalnya, saat teman meminta kita menemaninya untuk menonton film tapi kita tidak menyukai genre film itu, lantas apakah kita akan menerima permintaan itu? Mungkin bagi aku yang dulu, aku akan menerima ajakan itu, berfikir tidak ingin membuatnya sedih karena menolak ajakannya, namun apakah aku bahagia dengan pilihanku? Apakah aku benar – benar mau menonton film itu? Bahkan aku rela membuang waktuku dengan percuma untuk menontonnya. Memang kamu akan membuat temanmu senang dan itu adalah salah satu perbuatan baik, lantas? Menunda semua hal yang ingin kamu kerjakan di lain waktu? Itu hal yang sangat menyiksa sekali bagiku.

Ada lagi, membantu teman untuk meminjamkan uang untuk membayar pinjaman kredit bank, tentu bagi pikiranku yang dulu, aku akan segera membantunya, meringankan bebannya dan kita dianggap baik, tapi tunggu? Bukankah melakukan pinjaman kredit bank adalah suatu hal yang dilarang agama? Apakah kita rela melanggar aturan demi membantu teman? Kurasa tidak begitu bukan cara kerjanya.

Terakhir, disaat teman kita ingin curhat ber jam – jam, padahal kita punya tugas yang mendesak,kita juga sebenarnya ingin istirahat karena lelah bekerja, kemudian teman kita menelfon kita dan curhat tentang masalahnya, mungkin bagi aku yang dulu aku akan segera menerima telfonnya, mendengarkan dia sampai tengah malam, tentu itu adalah perbuatan yang baik, “membantu teman dalam keadaan sulit” padahal aku ada rencana mau menonton film kesukaanku, ingin istirahat sejenak dari rutinitas kantor. Karena tidak ingin menyakitinya aku rela mengorbankan waktu ku untuk mendengarkan curhatnya.

Tanpa aku sadari ku lakukan itu selama bertahun – tahun, sampai akhirnya aku merasa lelah, lantas apakah mereka melakukan hal yang sama padaku? Kenyataannya tidak, mereka tidak selalu membantuku, adakalanya mereka memiliki keterbatasan untuk membantuku. Lantas kenapa aku dengan segala keterbatasaan selalu menyanggupi harapan mereka? Apakah mereka salah? Tidak, bukan mereka, tapi aku.

Aku yang salah karena tidak berhasil mengenali diriku sendiri, aku tidak bisa mempertahankan prinsip hidupku, aku yang dungu tidak mau mendegar keinginanku sendiri, terkadang harus rela melupakan nilai – nilai demi terlihat “ baik “ dihadapan orang.

Nyatanya memang kita manusia memiliki keterbatasan, tidak mungkin sanggup memenuhi harapan semua orang. Tidak, kita bukanlah orang jahat jika menolak. Tak ada salahnya kita bilang “ nanti dulu ya” , “ aku lagi mager”,  “ sebentar ya, aku ada tugas yang harus aku kerjakan” bagi mereka yang “baik” pasti akan mengerti hal itu, namun bagi mereka yang tidak, ya sudah wassalam , tinggalkan saja, masih banyak orang – orang yang bisa memahami kita, ingin berteman dengan kita. Toh jika tidak ada, hidup sendiri bukanlah masalah bukan? Jangan cuma fokus memikirkan orang – orang itu lalu membuatmu tertekan.

Jangan sampai, hanya karena ingin menjadi baik kita rela meninggalkan prinsip hidup, nilai – nilai agama.  Justru berbuat baiklah sesuai apa yang diperintahkan agama.

Jangan memaksakan diri untuk menjadi baik, hidup ini adalah proses yang panjang, jika memang kita tidak bisa membantunya hari ini mungkin esok hari baru kita bisa.

Belajarlah menjadi baik yang benar, menjadi baik dengan tidak membuat kita tertekan, menjadi baik yang senantiasa membuat kita bahagia, menjadi baik sesuai dengan prinsip dan ajaran agama kita.

Menjadi baik bukan lantas menuruti keinginan lalu di cap “orang baik”, berbuat baiklah dengan cerdas. Itulah selama ini masalah yang mungkin sebagian besar orang hadapi.

Menjadi tegas dalam berbuat baik itu perlu, tetap memperhatikan batasan dalam berbuat baik agar tidak diperlakukan seenaknya dikemudian hari oleh orang lain.

Membuat skala prioritas, memilih mana orang yang seharusnya kita bantu saat ini dengan orang yang bisa kita bantu nanti atau tidak kita bantu sama sekali.

Sungguh jika kita berbuat baik dengan benar, tentu perasaan kita akan bahagia, kita justru terlepas dari beban – beban yang seharusnya tidak dipikul.

 


Terimakasih bagi yang telah membaca tulisan ini, semoga bermanfaat dikemudian hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harta yang Paling Berharga

How to Make Cireng Isi Ayam Pedas (CIDA's) Anti Meletus - meletus Club

How Much I love My Self?