Impian yang (tak) harus jadi kenyataan

" Impian yang sempat kujunjung tinggi, namun Impian itu juga sempat aku kuburkan, Kini haruskah aku bongkar dan kuperjuangkan lagi? Mendadak kesempatan itu datang"

Ini adalah sebuah cerita, dimana tokoh "aku" datang mendatangi kampus itu. Pertama kalinya, seusai tamat sekolah menengah atas. Kampus itu bukanlah impian dia, sama sekali bukan. Namun ketika langkah demi langkah menuju gedung kampus, secercah harapan untuk bangkit dari keterpurukan itu datang.

Dengan bangga dia memasuki kampus itu untuk pertama kalinya. Seusai dia dinyatakan "lulus" dari tes tulis masuk ke yang diujikan oleh kampus itu. Senang sudah pasti. Akhirnya nasib dia kembali terang setelah dia mencari celah dalam kabut berhari - hari. Tes tulis diberbagai universitas dia "jalani", tapi kata " tidak lulus" selalu melekat pada hasil akhir. Seakan langit runtuh dipenuhi kabut, nasibnya gelap, harapannya musnah. Kampus itu telah memberinya kesempatan. Tuhan memang selalu memberikan takdir yang terbaik untuk setiap hambanya.

Selangkah demi selangkah dia menuju gedung kampus. Dilihatnya poster besar mengumumkan kemenangan. "Juara 1 dalam olimpiade" katanya. Tokoh "aku" berkata dalam hati " aku ingin menjadi seperti mereka, berkontribusi dalam olimpiade, aku ingin menebus kesalahan ku saat masih dibangku sekolah menengah, aku ingin memanfaatkan sebaik - baiknya" entah apa yang dipikirkan tokoh aku itu, padahal dia sama sekali tidak tahu apa - apa tentang jurusan yang dia pilih.

Akhirnya dia memasuki gedung itu, lalu melakukan registrasi ulang.

Setahun dia jalani dengan baik, dia sangat bersemangat melebihi semangat kawan - kawannya. Dia terus berharap dengan masa depannya yang baik, olimpiade itu ditunggunya. Dia terus menggali ilmu - ilmu di jurusan itu dengan sepenuh hati.

Dua tahun dia masih menjalani perkuliahan dengan baik, harapan itu sedikit memudar. Dia mulai kecewa dengan ilmu - ilmu yang sedang dia perdalam, dia mulai menyesal ingin mengembalikan waktu. Namun semangat masih ada. Olimpiade masih dia tunggu, meski tak berharap banyak.

Tahun ketiga, rasa jenuh itu menghantamnya.Seketika semangat itu runtuh. Perkuliahan dia jalani setengah hati. Dirasa hidupnya ini sia - sia. Nilai IP nya menurun, seakan sudah tidak peduli. Yang penting "aku" lulus itu katanya. Olimpiade sudah dia tinggalkan, olimpiade itu tinggal kenangan.

Namun apa yang terjadi? Justru kesempatan itu menghampiri. Disaat tokoh "aku" sudah jenuh dengan semuanya. Secercah harapan itu datang, membuat tokoh aku berpikir dua kali.
Kesempatan mengikuti olimpiade itu datang kepadanya begitu saja. Awalnya dia menolak dan lupa dengan harapan itu. Namun tokoh "aku" ini berpikir ulang.

Pertanyaan itu datang

"Apakah aku harus kembali menggali kembali mimpi - mimpi itu yang sempat terkubur?"

"Apakah ini adalah kesempatanku untuk menembus kesalahan lama?"

"Apakah aku bisaa?"

Doakan saja kawan..

Terkadang takdir Tuhan memang lucu. Dan inilah waktu yang tepat yang mungkin dimaksud Tuhan. Menunggu, bersabar penantian itu akan berbuah hasil, mungkin Tuhan ingin aku lebih matang untuk mempersiapkan semuanya. Mungkin kampus ini yang dipilihkan Tuhan agar aku bisa berkembang. Tidak hanya dari segi ilmu pengetahuan melainkan juga dalam sikap dan pendewasaan.

Kampus ini yang memilih aku. Dan aku sadar aku tumbuh baik disini. Aku tidak menyadari bahwa kampus ini begitu menerima aku apa adanya. Memang masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan kata orang. Tapi masa perkuliahan jauh memberimu pelajaran hidup..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harta yang Paling Berharga

How to Make Cireng Isi Ayam Pedas (CIDA's) Anti Meletus - meletus Club

How Much I love My Self?