Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Catatan Kecil

Gambar
Photo at Farmhouse Lembang Bandung, Indonesia Hari ini ku dapatkan sebuah pelajaran berharga, seseorang tidaklah memiliki satu sisi tertentu, mereka tentulah manusia yang memiliki perasaan, mereka akan selalu berusaha menjadi lebih baik, terkadang ketika mereka berbuat jahat sekalipun, sesungguhnya hati kecil mereka itu menolak melakukan itu, terkadang nafsu dunia menjerat mereka, membuatnya melakukan itu. Telah kubuktikan dengan mata kepalaku sendiri,sejatinya menjadi baik adalah fitrah manusia. Seseorang yang menganggap temannya jahat ternyata justru dialah yang dapat menolong, terkadang pertolongan itu tidak selalu datang dari kawan melainkan dari seseorang yang kita anggap musuh. Sungguh terharu melihatnya, tetapi memang kejadiannya demikian.  Aku menyadari saat ini manusia tidak hanya memiliki satu sisi, tetapi memiliki sisi lain yang berbeda, membuatmu tidak menyangka. Sekali lagi kujelaskan kawan, janganlah kita berprasangka buruk kepada orang lain, itu tidak adil ba...

Terkekang oleh Kaum Sendiri

Kaum yang agung Dibawah lindungan sang Maha Agung Berpijak di bumi- Nya Menjalani kehidupan Mereka kaum yang besar Mereka pernah menjadi kaum terhebat Karena mereka dibawah lindungan sang Maha Besar Sang pemilik bumi, pemilik alam semesta Karena-Nya mereka kaum yang dirahmati.. Tapi aku tidak tahu mengapa Saat ini, mereka lemah Tidak berdaya.. Mereka tidak teguh pada pendirian Keyakinan telah gugur Hanya sebagian yang tersisa.. Kaum itu pun hampir runtuh Karena budaya hedonisme, Mereka tidak kuasa menghadapi paham sekuler, Pikiran mereka terinfeksi virus globalisasi, Membuat mereka "lupa" akan pedoman dan hakikat hidupnya.. Sebagian dari mereka masih memiliki pundi - pundi keyakinan Namun, bagaikan terkekang oleh kaum sendiri Mereka sulit meyakini apa yang seharusnya diyakini, Mereka sulit menjalankan apa yang seharusnya dijalani, Karena terpenjara dengan pemikiran sekuler, dan gaya hedonisme, oleh mereka yang telah terinfeksi.. Kaum ini tak lagi kok...

Sampai Kapan

Sampai kapanku begini Mengisi hari - hariku penuh dengan kesia-siaan Waktu ku biarkan saja bergulir Tak ada yang dapat ku hasilkan Sampai kapanku begini Membiarkan semuanya terjadi Tidak memberi manfaat sama sekali Yang ada hanya bungkam dalam hati Sampai kapanku begini Tak mampu menyuarakan isi hati Ku ingin semuanya berubah Tapi diri sendiri tidak berusa ha berubah Bagaimana mereka bisa tahu? Kalau diri ini tetap bungkam seribu bahasa.. Ampuni hambamu ini ya Rabb Yang terkadang membiarkan semua kebatilan terjadi .. Sesungguhnya aku takut kepada Mu Tapi entah kenapa dinding ketakutan dalam diri ini tidak runtuh juga. . Perasaan takut melukai Membuat diri ini enggan untuk menasehati Aku harap dinding itu dapat kuruntuhkan Sehingga aku dapat membangun dinding baru yang kokoh dengan keyakinanku kepada -Nya..

Aku Untukmu

Hai kamu Entah kenapa Terlintas dalam pikiran ini Tentang dirimu Meski sebenarnya diriku berusaha enggan Ya begitulah Terlintas begitu saja.. Aku tidak tahu apa yang Tuhan rencanakan Aku tidak tahu apa yang Dia tuliskan Dalam cerita-Nya nanti Tapi yang pasti Saat ini kau tidak bersamaku Entahlah.. Aku tidak tahu Harapan semu selalu menghampiriku Berharap kau bersamaku Berharap kau kembali Terlintas lagi pertanyaan itu Mungkinkah? Apakah? Aku ini untukmu ?

Musuh dalam Selimut

Hati.. Kenapa kau masih berpura - pura Kenapa kau masih tidak sadar juga? Ada sesuatu didalammu Ada rasa tersimpan didalamnya.. Oh kau belum menyadarinya Rasa itu akan menjadi boomerang bagimu Jika kau tidak menyadarinya Ini berbahaya, Rasa akan kebanggaan Itu yang aku maksud Merasa bangga dengan apa yang kau punya.. Lambat laun rasa itu akan memerangimu Lambat laun rasa itu akan menghancurkanmu Rasa itu adalah musuh terbesarmu Bagaikan musuh dalam selimut Seketika itu adalah rasa yang menyenangkan Namun rasa itu justru akan meracunimu.. Sadarlah wahai hati Jika rasa itu masih terpendam dalam hatimu Hancurkanlah, dengan ketawadhuan Menyadari ba h wa dunia dan seisinya bukan milikimu Melainkan milik Tuhan Y ang M aha Esa..

Sang Pendosa

Bagai malaikat,terlihat sempurna Pandai berucap,kata penuh kebaikan Tapi siapa aku? Aku lagi - lagi hanya manusia biasa Yang tidak akan mampu menjadi malaikat Yang berlimpah dosa - dosanya Dosaku bagaikan desiran pasir Sang munafik Mungkin itu kata yang pantas untukku, Aku manusia Yang tidak mampu bertindak Aku manusia penuh keraguan Aku manusia yang bodoh Yang tidak merealisasikan perkataanku sendiri... Untungnya Tuhan baik sekali kepadaku Dia berkenan menutupi semua dosaku, aib - aib ku Menjadikan aku terlihat baik oleh sebagian kalian Padahal aku siapa? Lagi- lagi aku adalah sang pendosa

Aku Manusia

Aku Hanyalah manusia biasa Yang berusaha Menemukan jalan Aku hanyalah manusia Yang berusaha Menemukan arah Aku hanyalah manusia Yang berusaha Menemukan tujuan Namun aku hanyalah manusia Yang kadang tersesat Tidak tahu arah Sulit menemukan jalan Aku hanyalah manusia Dengan segala keterbatasan Yang membutuhkan petunjuk Yang perlu akan bimbingan Tolong bantu aku Siapapun diantara kalian..

Penjara Nafsu

Sekali - kali menepilah Dari hiruk pikuk dunia Yang membosankan Entah apa lagi yang harus kukejar? Entah apa lagi yang harus kudapat? Entahlah Aku tidak tahu Mungkin aku hanya butuh Ketenangan hati Kesucian jiwa Yang bisa didapat jika aku lepas dari penjara nafsu..